BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »

Friday, April 22, 2011

Cerpen *ngasal* DaRA RAngga

Nah bloggers, kali ini gue mau mosting cerpen gue yang nggak jelas nih.. sebenernya gue emang udah niat bikin ini huohoho . ceritanya emang aneh *banget* tapi ini buat ngisi waktu liburan (belajar di rumah) gue, guys. Tapi perlu diketahui, ini bukan kisah gue seutuhnya kok. Banyak juga inspirasi yang dateng dari curhatan temen temen gue wkwkwk.. udalah pembukaannya.. ENJOY IT
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
‘’Waduh ujan! Gimana gue mau pulang kalo gini situasinya!’’ keluh Dara setelah bel pulang berbunyi.

‘’Gampang lah, tinggal call aja supir lo hahaha’’ ujar Amel polos.

‘’Nah itu masalahnya mel, supir gue hari ini sakit jadi nggak bisa nganter-nganterin. Tadi aja gue berangkat naik ojek!’’ gerutu Dara lagi. ‘’nggg mel, gue boleh nebeng lo nggak?’’ Dara memohon dengan nada sedih.

‘’uhh sayaang, tentu aja boleh, ayuk!’’

‘’eh mel, tunggu dulu ada sms.” Dara pun membuka pesan masuknya. Pesan dari kak Budi yang mengingatkan tentang pertemuan perdana ekskul English club khususnya devisi debate.

‘’hehehe kayaknya gue nggak jadi nebeng deh, soalnya ada pertemuan mel, makasih ya hehe’’

‘’huuu nyengir aja lo bisanya, yaudah, gue balik duluan ya.’’

‘’ titi DJ meel’’

Sesampainya di markas debate SMA Harapan, Dara langsung mencari tempat duduk. Memang dari kelas X1 hanya ia yang mengikuti ekskul ini. Dan di dalam ruangan, Kak Budi pun datang dan memberikan sedikit materi dasar dan menyuruh anak-anak baru membuat tulisan sederhana. Temanya tentang facebook yang memang lagi booming sekarang. Kak Budi menjelaskan bahwa kita dapat melarang facebook atau mendukungnya. Dara terlihat bingung, sangat mudah bagi orang lain untuk mengetahui apa yang dirasakan Dara dari ekspresi wajahnya. Kak Budi pun menghampiri dan membimbing Dara untuk membuat tulisan. Dara termasuk salah satu anak yang rajin, walaupun ia begitu ceroboh. Ia pun segera menulis apa yang ada di otaknya sambil sesekali melihat rintik rintik hujan yang mungkin dapat ia jadikan inspirasi.

Sewaktu ia melihat kearah pintu yang terbuka, tiba tiba ia merasa terjatuh dari lamunannya. ‘’Dara, sadar!’’ ucapnya pada diri sendiri. Ia melihat seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya dan dapat menyerap seluruh aura dan pesona lelaki tersebut. Tak berapa lama, ia semakin bingung ketika lelaki berbadan tegap itu menghampirinya dan mengambil kursi untuk duduk di sebelahnya. Dara masih dalam keadaan mulut terbuka dengan salah satu alis yang ia naikkan. Lelaki itu justru bingung mengapa Dara melirik tajam ke arahnya. Dan ia pun langsung membuka percakapan.

‘’Ada yang bingung nggak?’’

‘’ah, mm ada kak di bagian pertama masih nggak ngerti.’’ Dara menunjuk bagian pertama yang ada di kertasnya dan berusaha bangun dari lamunannya.

‘’ohh ini, kamu tau sejarah facebook nggak? Nah mungkin kamu bisa tulis itu.’’ Ujar lelaki itu lembut dan tersenyum.

‘’Mampus, kenapa gue jedegap jedegup gini’’ ucap Dara dalam hati yang hampir terucap olehnya, ia juga menunjukan ekspresi yang lebih bingung dari sebelumnya, bingung mengapa hatinya berdebar dan bingung tentang apa yang mau ia tulis.

‘’Yaudah, kakak kasih tau aja ya?’’
Dan lelaki itu pun menjelaskan dengan baik dan dapat diterima oleh otak Dara. Dara segera menulisnya, sementara lelaki tersebut menunggu sambil melihat tulisan Dara.

“Wah, tulisannya rapih. Mungkin dia termasuk anak yang menyenangkan” ucap lelaki tersebut di dalam hatinya dan tersenyum. Dara melihat senyum yang berkembang di wajah lelaki itu dan bingung, ia pun segera melanjutkan tulisannya. Setelah Dara menemukan kesulitan, ia pun bertanya kepada lelaki tersebut,

‘’ngg kak, ini bener nggak?’’

‘’Wah kamu pintar, udah bener kok lanjutin aja kenapa alesannya kamu bilang facebook itu bahaya.’’ Jawab lelaki tersebut setelah melihat tulisan Dara. Dara pun tersenyum tipis.

Setelah waktu yang diberikan habis, Kak Budi pun menyilakan untuk yang mau maju duluan. Berhubung Dara masih asik menambahkan, akhirnya ia maju di urutan ketiga. Dan akhirnya ia menghabiskan waktu terlama diantara yang lain. Sementara itu lelaki yang tadi membantunya mengangguk angguk. Setelah semuanya selesai, Kak Budi memberi masukan kepada anak anak baru tersebut, dan membolehkan pulang.
Dara masih memandangi langit yang masih hujan, dan lelaki yang tadi duduk di sebelahnya menyapanya

‘’Kok kamu belum pulang?

‘’Ah! masih hujan kak.’’ Jawab Dara tersentak

‘’Ohh, pulang sama siapa?’’

‘’Nggak tau’’ Dara menunduk dan hampir menangis.

‘’Sama kakak gimana? Kakak takutnya kalo kamu naik kendaraan umum malah takut tambah keujanan.’’

‘’Makasih kak’’ Dara pun menyetujuinya dan masih belum mengetahui nama lelaki tersebut.

‘’Woy Rangga! Besok jangan lupa ngumpul KIR!’’ teriak Kak Budi yang ternyata juga anggota KIR.

‘’Oh jadi nama kakak Rangga?’’ Tanya Dara dengan nada polos.

‘’Iya, masa baru tau sih? Kirain udah tau hahaha’’

‘’Maaf kak, aku nggak terlalu gaul hmmm’’

‘’Dan nama kamu siapa?’’

‘’Aku Dara kak, kelas X1’’

‘’Dari kelas X1, siapa aja yang ikut?’’

‘’Cuman Dara kak, yang lainnya mikir kalo debate itu banyak mikirnya’’

‘’Hahahaha pikiran orang yang kayak gitu masih ada ya?’’

Dara bingung untuk menanggapi jawaban Rangga. Rangga pun mengantarkan Dara sampai depan rumah Dara dan kemudian pergi.

Sesampainya di rumah, Dara masih kebingungan atas kejadian yang dia alami hari ini. Ia bingung kenapa dia merasa aneh ketika berada di dekat kak Rangga. ‘’Ah, mungkin perasaan gue aja yang lagi moody.’’

Keesokan harinya ia pergi ke sekolah dan mendengar banyak guru yang Dara temui membahas dan menyebut nama Rangga, ‘’Ada berapa nama Rangga di sekolah ini sih?” ucap Dara perlahan sambil terus berjalan menuju kelasnya.

‘’Iiih pada males semua tah anak kelas ini? Udah jam segini baru gue yang dateng, nunggu di luar aja lah gue’’.

Sewaktu ia duduk duduk di teras kelasnya ia mendengar gerombolan anak anak OSIS yang membicarakan nama Rangga. Dara yang semula menggunakan headset pun, mengecilkan volume suara musiknya. Ia mendengarkan anak anak itu dengan seksama.

‘’Eh dia pinter banget tau, lo tau nggak? Selama ini belum ada yang bisa ngegantiin posisi dia sebagai raja ranking satu!’’ ucap laki laki anggota OSIS.

‘’Iya, dia keren banget. Gue yakin banyak yang suka sama dia nih. Apalagi ada junior junior baru. Berarti gue harus ngatur rencana lagi nih.’’ ucap salah satu perempuan yang ada di gerombolan tersebut.

‘’Hahaha dasar lo ini bisa aja’’ ucap anak anak lainnya kompak.

‘’Oh, ternyata dia emang terkenal ya? Berarti gue kemaren beneran bego dong nggak kenal dia? Pantes dia ngekek berat’’ ucap Dara dalam hati. Ia pun memasuki ruang kelas dan membaca buku sebentar, namun ia tidak dapat konsentrasi penuh karena kejadian kemarin yang membuat ia penasaran.

Dara segera mencari tau tentang Rangga melalui berita berita yang beredar selama ini. Setiap minggu pun, ia bertemu dengan Rangga membahas berbagai pengalaman dan cerita cerita selama debate. Dara pun menjadi lebih tertarik dengan ekskul yang dia jalani. Ia mengajak teman temannya mengenai debate dan akhirnya mereka tertarik untuk ikut, tetapi permasalahan yang dimiliki oleh teman temannya adalah waktu yang sudah padat atau mereka telah mengikuti berbagai macam ekstrakulikular yang lain.
Tetapi perjuangan Dara tidak sia sia, Amel begitu tertarik dan langsung masuk menjadi anggota dan diterima baik oleh anggota debate yang lainnya. Berbagai macam lomba pun sudah dicoba Dara bersama yang lain, termasuk dengan Rangga. Mereka berdua selalu terlihat tidak cocok dan cenderung bertengkar dan saling mengejek, tapi dibalik itu semua, ketika debate sudah dimulai, Dara dapat memposisikan dirinya dengan baik dan mereka terlihat kompak. Mereka sudah dua kali mengikuti pertandingan di tempat yang sama dan selalu mendukung sekolah SMA Harapan ketika bertanding. Dara merasa dia adalah laki laki yang bertanggung jawab dan menyenangkan, tanpa disadari Dara pun jatuh cinta kepada Rangga.

Teman terbaiknya adalah blog yang selalu ia isi dengan celotehan dan pengalaman pribadinya. Dara selalu mencurahkan hobi menulisnya ini di blog. Hingga pada akhirnya Rangga mengetahui site blog Dara, sejak saat itu Dara pun kebingungan, masalah yag dihadapi Dara adalah dia tidak mau menghapus postingan itu karena dia telah capai untuk menulis lagi. Akhirnya setelah ia meminta saran kepada Netty, sahabat terbaik Dara, Netty pun berkata ‘’Yaelah biarin aja kali Ra, siapa tau setelah dia tau malah lo tambah deket sama dia..’’ ‘’Nggg yaudah deh Netty, nanti kalo gue ada kebingungan lagi gue hubungin lo lagi ya’’ dan Dara pun menutup telepon frustasi dan tidak puas dengan jawaban Netty. Ia pun berusaha tampil biasa seolah tak terjadi apa apa selama ia berada di dekat Rangga, walaupun Rangga selalu mengejeknya tapi hanya ditanggapi senyuman kecil dari Dara yang pada akhirnya Dara merasa tersipu malu ketika Rangga telah menjauh dan lompat kegirangan.
Keesokan harinya sampai seterusnya ia selalu digoda oleh Rangga dengan santainya. Tanpa ia sadari pipi indahnya selalu memerah karena malu.

Mereka semakin dekat dan kompak terutama dalam pelajaran, setiap ada kesulitan yang ditemui Dara, ia selalu bertanya kepada Rangga dan pada akhirnya Dara selalu mendapat nilai yang memuaskan dengan belajar bersama Rangga.

Sampai suatu ketika, Dara selalu ingin mengutarakan perasaan bahwa ia rindu kepada Rangga, namun ia takut hal itu hanya membuat Rangga menjauh. Dara sebenarnya menyadari bahwa ia telah jatuh cinta dan cemburu terhadap apa yang dilakukan Rangga terhadap teman sekelasnya. Ia telah berulang kali memikirkan perasaannya kepada Rangga. Sesekali ia berpikir bahwa Rangga tidak membencinya sama sekali tetapi juga tidak mencintainya. Dara melihat ada sisi lain dari Rangga ketika Rangga bersamanya tetapi Dara takut, ia juga menunjukkan sikap yang sama dengan orang lain. Dara menangis dalam kamar mengetahui perasaannya yang kacau memikirkannya.

‘’Dara, lo itu bodoh, lo suka sama orang sehebat Kak Rangga, memang lo berhak buat suka sama orang lain, tapi sadar doong bukan ke dia! Dia itu Cuma kaca bagi lo, dia bisa ngeliat lo dengan jelas, tapi lo? Lo nggak bakal bisa ngeliat dia.. sekarang lo pikir deh dia adalah anak yang begitu pintar, sedangkan lo? Bokap lo ngobrol sama lo aja lo nggak nyambung! Sadar Daraaa’’ ucap Dara di depan kaca dan sambil melamunkan dan menunggu perasaannya untuk berbicara padanya.

‘’Dara kamu kenapa?’’ tiba tiba bunda Dara masuk ke kamar Dara dan menanyakan kesulitan apa yang sedang dihadapi putrinya.

‘’oh bunda, nggak papa kok, Dara nggak papa. Cuma bingung aja bun. Kenapa setiap orang harus dan bisa ngerasain cinta?’’

‘’Yaampun Dara, tanpa cinta dunia ini hampa. Cinta akan memenuhi hati setiap orang di dunia, cinta bisa mendorong mereka untuk maju dan bertindak. Tapi hati hati Dara, cinta juga dapat menyakiti hati manusia. Tapi walaupun orang itu merasakan pahitnya cinta, bunda percaya deh dia pasti masih bisa merasakan jatuh cinta lagi sekalipun sama orang yang berbeda. Karena cinta akan selalu ada, Dara sayang.’’

‘’oh gitu ya bunda.. yaudah tadi Dara Cuma nanya aja kok.’’

‘’Yaudah kalo gitu, bunda mau ngurusin ayah dulu ya.’’ Ucap bunda Dara yang sudah menyadari mengapa Dara begitu bingung belakangan ini dan tersenyum melihat Dara yang mencoba mencerna perkataannya.

‘’nggg.. ah nggak tau lah gue, tidur aja.’’


Keesokan harinya, mood baik Dara hilang karena nilai nilai Dara di kelas menurun drastis dari semester lalu. Ia tidak napsu untuk makan, bahkan untuk mengobrol sekalipun. Dara begitu lega karena bel pulang sekolah telah berbunyi. Dan tanpa Dara sadari, hari itu merupakan hari yang membuat Dara begitu terkejut. Karena disaat itu pula Rangga ingin bertemu dengan Dara, memang sebenarnya tidak terlalu istimewa, namun setiap kesempatan untuk berada di dekat Rangga adalah momen yang istimewa bagi Dara.

‘’Dara, bisa nggak kakak minta waktu kamu sebentar?’’ ucap Rangga melalui Handphone.

‘’oh iya kak, nggak masalah kok. Ada apa ya?’’

‘’Kakak boleh ketemu sama kamu nggak? Ada yang mau kakak tanyain.’’

‘’Yaudah, dimana kak?’’

‘’Gimana kalo di aula sekolah?’’

‘’mmm oke deh, Dara ke sana sekarang.’’ Ia pun menutup telepon dan segera menuju ke
aula. Tanpa ia duga, Rangga telah menunggu Dara sendirian.

‘’Ada yang penting kak?’’

‘’Ini mah penting banget malah.’’

‘’Ih lebay deh. Buruan deh apaan. Bikin penasaran aja hahaha” kekeh Dara.

‘’Sebenernya dari pertama kali ketemu, kayaknya ada sesuatu yang ketinggalan deh.’’

‘’Hha? Apaan? Emang kakak pernah minjemin sesuatu sama Dara?’’ Dara terkejut.

‘’Bukan gitu, justru kamu yang minjemin sesuatu.’’

‘’Seriusan? Kok kayaknya nggak ada yang ilang ya dirumah?’’ balas Dara sambil
mengingat ingat.

‘’Serius kakak suka banget sama Dara dari pertama kalinya, Dara masih inget nggak
waktu pertama kali ketemu. Waktu kamu bengong ngeliatin hujan? Nah dari situ, kamu udah minjemin sebagian pancaran dari mata indah kamu buat kakak.’’

‘’Lho maksudnya? Kok Dara tetep nggak ngerti kak?’’

‘’Biar kakak jelasin lagi. Setiap orang punnya pancaran mata sendiri sendiri kan
Dara.. nah kakak ngeliat pancaran mata kamu beda waktu kamu ngeliat ke arah kakak dengan orang lain. Kakak suka cara kamu ngeliatin kakak dengan pancaran mata polos kamu. Kamu mau nggak jadi temen kakak yang paling special?’’

‘’ohh mmmm.’’ ‘’aduh gue sih seneng aja akhirnya ini kejadian juga, tapi masalahnya kenapa gue jadi nggak yakin gini ya?’’ ucap Dara dalam hatinya. Berhubung Dara adalah anak yang religionis, ia menyampaikan pendapat yang bijak kepada Rangga.

‘’Dara sih bismilah aja kak, karena kita nggak bakal tau hal yang baru kalo kita nggak nyoba, ya kan? Tapi …..’’ Dara menggantungkan kalimatnya.

‘’Tapi apa Dara?’’

‘’Tapi Dara nggak mau pake holding hands de el el gitu kak. Kan nggak boleh sama
agama. Tapi kalo kakak nggak cocok, Dara juga nggak bisa maksa kakak.’’

‘’Yaampun Dara, kakak juga tau kalo itu nggak boleh. Kamu boleh ingetin kakak kalo kakak ngelakuin itu.. makasih ya Dara, kakak nggak bakal ngecewain kamu kok insyaallah.’’

‘’ya kak, malah kalo bisa kakak ngebantuin Dara deh nyelesain tugas tugas yang Dara nggak bisa.. hahaha’’

‘’Oke, siap puteri.’’

‘’Hei, namaku Dara tau hahaha.’’

Akhirnya mereka menjalani hubungan yang istimewa yang positif untuk mereka berdua. Saling mengingatkan waktu shalat dan belajar. Serta membawa nilai yang semakin baik bagi mereka berdua karena hal yang sulit bagi Dara ia tanyakan ke Rangga, dan Rangga menjadi semakin semangat balajar.

Setelah berbulan bulan mereka jalani dengan lancar, walaupun ada hal hal yang membuat mereka harus berjuang untuk mempertahankan cinta mereka. Dari adanya gossip gossip yang beredar mengenai orang lain yang dekat dengan Rangga maupun permasalahan berat yang dimiliki Dara. Sempat renggang hubungan mereka selama seminggu. Dara mencoba menghubungi Rangga lewat sms, tetapi tidak ada balasan dari Rangga. Dara mencurahkan isi harinya dan bertanya solusi kepada Amel. Amel dengan polosnya menjawab ‘’kenapa nggak lo telpon aja?’’ tapi Dara menolak karena takut membuat mood Rangga bertambah buruk.

Dan pada akhirnya dua minggu kemudian Rangga mengirim sms ke Dara, menanyakan apa yang dikerjakan Dara saat ini. Dara yang menerima sms itu pun senang bukan kepalang. Ditambah Rangga yang mengajak Dara untuk ke Singapura pada liburan pergantian tahun ajaran nanti. Sebenarnya Dara ingin mengikutinya, tetapi khawatir tidak diperbolehkan oleh bunda. Ia pun mencari cara agar bisa pergi ke sana. Ia mencoba mengajak teman temannya, Amel, Cindy, dan Ragita. Dan beruntunglah Dara karena mereka bertiga memang mempunyai planning untuk mengunjungi Negeri Singa tersebut di saat liburan. Cindy dan Ragita memang mempunyai tugas kelas untuk membuat makalah mengenai sejarah Singapura. Sedangkan Amel hanya sekedar ingin berlibur dan berbelanja.

Singkat cerita, liburan datang, dan Dara sudah diperbolehkan pergi oleh bundanya setelah ia menceritakan siapa dan apa saja yang sudah ia rencanakan. Bunda Dara pun tersenyum ketika mendengar kata Rangga disebut, memang sebelum mereka menjalani hubungan istimewa, Dara sudah menceritakan beberapa kisah yang menarik dari Rangga yang disambut dengan komentar penasaran dari bundanya.

Sesampainya di Singapura, mereka langsung menginap di rumah Amel yang ada di Singapura. Keesokan harinya mereka menikmati udara yang ada di sana dan berusaha menghafal nama nama tempat, serta menyusun planning. Tujuan pertama mereka adalah Singapore Botanic Garden. Rangga tau bahwa Dara begitu menyukai bunga bunga, sehingga membawanya ke sana. Dari warna merah, kuning, putih, biru, bahkan ungu dapat mereka lihat di sana. Dara benar benar takjub dan merasa begitu senang, apalagi ketika Rangga membelikan topi yang di begian atasnya ada bunga bunga kecil. Rangga melihat senyum yang selama ini ingin ia lihat di wajah cantik Dara. Hari ketiga mereka mengunjungi National Museum of Singapore, di sinilah Cindy dan Ragita membuat catatan untuk tugas mereka, sementara Dara dan Rangga menikmati sambil mengambil foto kenangan selama berada di sana. Cindy dan Ragita memang anak yang berbakat dan nilai mereka tidak pernah turun dari pertama kali masuk ke SMA Harapan, walaupun mereka berbeda kelas dengan Dara, tapi Dara telah mendengar banyak kebar mengenai mereka. Termasuk juga Cindy yang menaruh perhatian lebih kepada Rangga. Sehingga, Dara tidak enak untuk terus berada terlalu dekatdengan Rangga.
Mereka berempat mengelilingi museum tersebut dari lantai satu, sementara Amel tidak mau ikut karena ada barang yang mau ia cari, dan akan menyusul mereka pada jam dua siang. Mereka berkeliling dan diberi tahu oleh guide yang ada di sana, mulai dari begian Singapore History Gallery sampai Singapore Living Gallery. Mereka diperlihatkan mengenai galeri film dan wayang pada zaman dahulu, galeri makanan, sampai fotografi. Setelah semua sudah dijelaskan oleh guide menggunakan Bahasa Inggris, mereka mencoba menelusuri museum sendiri. Jarak anak tangga yang ada di sana cukuplah jauh antar mereka. Sehingga menyusahkan Dara yang pada saat itu menggunakan rok. Dengan teramat hati hati, Dara mencoba menuruni anak tangga. Paling depan ada Cindy, dilanjutkan dengan Ragita, setelah itu Dara dan Rangga yang berada di posisi belakang. Pukul dua kurang lima belas menit pun sudah tertera di jam tangan Rangga. Ia mengingatkan semuanya untuk turun ke lantai dasar karena Amel telah menunggu di sana. Mereka pun segera turun, sementara Dara masih tetap menjaga konsentrasi dengan roknya yang panjang. Tetapi sialnya, karena kurang hari hati, Rangga tidak sengaja menginjak rok panjang Dara, sehingga membuat Dara terjatuh dari tangga. Rangga panik bukan kepalang! Ia segera memeluk Dara dan melindungi Dara dari kerasnya keramik di museum itu. Mereka jatuh bersama sama dengan Rangga yang memeluk renggang Dara. Kedua tangan Rangga berhasil melindungi kepala Dara. Untungnya mereka terjatuh dari satu anak tangga terakhir, jadi Dara hanya merasakan sakit yang begitu sedikit dibandingkan hatinya yang jauh berdegup sangat kencang. Beberapa detik kemudian Dara menyadari bahwa ia terlalu lama untuk ‘berpose’ seperti itu dan segera menegakkan tubuhnya dan berusaha membantu Rangga untuk berdiri. Ia secara tidak sengaja melihat Cindy yang memasang muka singutnya dan terlihat begitu cemburu melihat mereka berdua.

‘’Maaf kak, tadi Dara terlalu ceroboh..’’ ucap Dara yang benar benar menyesali itu.

‘’Nggak papa Dara, justru harusnya kakak yang minta maaf karena udah nginjek rok
kamu. Maafin kakak ya, tadi juga udah megang kepala kamu.. kakak udah……’’sejenak Rangga ingat kalau mereka bukan muhrim dan sedah menggenggam tangan Dara untuk beberapa detik.

‘’Oh, hmmmm tapi makasih udah ngelindungin kepala Dara, untuk kejadian itu. Dara bisa maklumin kok kak.’’

Dan Cindy pun mengingatkan secara sinis kepada Dara dan Rangga untuk kembali meneruskan perjalanan menuju pintu depan. Sementara itu Ragita masih dalam keadaan mulut ternganga melihat kebaikan Rangga yang begitu besar kepada Dara. Mereka pun akhirnya bertemu dengan Amel dan langsung pulang ke rumah Amel. Sementara di mobil, Amel menceritakan barang barang unik yang beru ia beli sewaktu meninggalkan mereka, serta menanyakan agenda mereka di museum tadi. Mereka pun terdiam, tetapi Rangga menjawab pertanyaan adik kelasnya itu bahwa begitu menyenangkan bisa melihat koleksi yang ada di sana. Akhirnya mereka sampai di rumah, dan Amel merasakan hal yang membuat ia penasaran. Amel pun bertanya kepada Dara,

‘’Apa lo yakin tadi di museum nggak ada kejadian yang lain? Kok lo selalu mesam mesem nyampe sekarang”

‘’Sebenernya sih ada.. hwaaa lo tau nggak sih betapa pedulinya Rangga ke gue.’’

‘’Ampun deh ternyata tentang dia toh. Sangka gue apaan hahaha.. tapi lo udah tau belum kalo Cindy dari dulu suka sama dia?’’

‘’Udah kok. Sebenernya gue juga tadi bisa ngebaca secara jelas mukanya yang sungut ke gue.. tapi gue nggak tau harus gimana mel.’’ Ucap Dara setengah menyesal.

‘’Yaudahlah, semuanya terserah lo. Gue mau tidur dulu ah.. jadwal besok kita mau kemana nih?’’

‘’Ah, sebenernya gue benci mengatakan ini ke lo. Tapi emang jadwal besok kita belanja mel..’’ jawab Dara pasrah mengatakan kata ‘belanja’ yang membuat Amel melompat kegirangan, Dara pun tersenyum tipis melihat kelakuan sahabatnya itu.
Marina Bay Sands adalah tujuan mereka untuk berbelanja di hari keempat mereka, mereka benar benar merasakan hawa berbelanja yang istimewa di sana sambil terkadang memilih oleh oleh untuk teman teman mereka di sekolah. Rangga member sedikit kejutan special kepada Dara dengan memberikan Dara asesoris berbentuk kupu kupu yang dapat menyala. Dara begitu senang sehingga tidak dapat mengendalikan emosinya, ia hamper memeluk Rangga. Tapi Rangga berkata,

‘’Hayooo mau ngapain itu? Hahaha dasar bocah nih.’’

‘’Nggak mau ngapa ngapain kok, orang mau ngambil barang yang ada di situ.’’ Jawab Dara salah tingkah.

Tapi sesaat kemudian, mall yang mereka tempati mati lampu, sehingga membuat keadaan begitu gelap. Ya, gelap. Suatu hal yang begitu dibenci Dara adalah berada di tengah kegelapan. Ia segera mencari Rangga tetapi tidak ketemu.

‘’Kakak? Kakak ada dimana? Dara takut?’’ Dara berteriak sekerasnya, tak peduli apabila ada orang lain yang melihatnya, namun tak ada jawaban dari Rangga.

‘’Kakak nggak mau ngejagain Dara lagi? Kakak nggak mau ngelindungin Dara lagi?’’ teriak Dara lagi lebih histeris.

Dan akhirnya lampu mall dinyalakan kembali, tetapi Dara merasa ia melihat pemandangan yang lain, ia seperti pernah melihat tempat itu. Ia juga segera mengenali suara yang begitu familiar di telinganya!! BUNDA!

‘’Ah, masa iya sih bunda ada di sini? Kok nggak mungkin ya?’’ ucap Dara lirih.
Ternyata bundanya telah membangunkan mimpi Dara.

‘’Dara bangun, kamu mau sekolah kan?’’

‘’Hha? Sekolah? Jadi tadi Cuma mimpi??’’

‘’Hha? Kamu ngomong apa sih Dara? Bunda nggak ngerti deh.’’

‘’Oh, ngg nggak papa bunda. Dara mau shalat terus mandi deh.’’

‘’Yahh.. ternyata tadi Cuma mimpi ya? Padahal udah seneng seneng gitu.. pantes aja
banyak kejadian aneh.. hmm Ya Allah, semoga tadi itu mimpi sebagai perhiasan tidur dari-Mu, yaa walaupun itu mimpi, semoga bisa ngasih semangat buat Dara.. dan semoga kak Rangga juga mendapatkan apa yang dia mau.. amien’’ doa Dara dalam shalat Subuhnya setelah mendapat mimpi yang benar benar istimewa baginya.
Dara pun mulai melanjutkan aktifitas sekolahnya seperti biasa dan menjadikan ‘mimpi’ itu sebagai penyemangatnya. Ia juga tetap berkomunikasi dengan Rangga, terutama yang menyangkut dengan pendidikan. Karena Dara percaya, mimpi takkan menjadi nyata kalau tidak ada usaha untuk mencapainya. Dan walau sekalipun mimpi itu tidak terwujud, Tuhan pasti akan mengganti mimpi itu dengan kenyataan yang lebih baik …………. Satu lagi hal yang sering diucapkan Dara, SEMANGAAAAAAAAAAAAAATTTT

Ditulis oleh Ulima Mazaya Ghaisani
Sumber inspirasi: pengalaman penulis, Inas Maisa, Suci Rahayu, Agya Dwi Ristanti, SS501 (video klip) dan lain lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu………

0 Comments:

Post a Comment