BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »

Wednesday, February 3, 2010

THE BEST DAY EVER


Mentari sudah memancarkan sinar emasnya ke seluruh alam semesta, dan mengharapkan balasan senyuman oleh manusia dan alien-alien di Planet Bumi dan Mars. (kalau memang benar-benar ada). Zaya pun terbangun dengan senyuman lebar menghiasi bibirnya, dan ia benar-benar tidak sabar menghabiskan hari ini bersama teman-temannya. Ya, sekarang udah tanggal 30 januari 2010, mungkin hari yang paling baik dalam hidup Zaya. Bagaimana tidak? Selama ini, setiap hari ia harus pergi menuntut ilmu di sekolah maupun di tempat-tempat khursus. Jangankan untuk bermain, nonton TV aja jarang! Serta berhadapan dengan kertas-kertas materi pelajaran yang akan diujikan keesokan harinya. Hari yang berat untuk melangkah bagi Zaya.
Tetapi, di hari itu, ia bersama teman-temannya melakukan study tour ke luar wilayah yang ia injaki selama ini. Adalah Pugung Raharjo yang berada di Lampung Timur. Sebelum berangkat Zaya sudah diberi tahu oleh guru-gurunya agar berhati-hati di dalam kawasan tersebut. Yah, katanya sih, di tempat itu rawan banget. Penduduknya banyak yang ‘nakal’. Bukan nakal yang cuma bisanya nyumputin barang emaknya! Tapi nakalnya udah berlebihan.
Zaya yang benar-benar merasa memiliki potensi tinggi untuk menghayal pun memulai hobinya yang satu itu. Ia berpikir, jika ia mendapatkan bahaya itu, ia pasti dapat tertolong oleh Pangerannya, yahh kebetulan banget sang Pangeran yang selalu ia bangga-banggakan juga mengikuti kegiatan tersebut. Apalagi sang Pangeran juga selalu membawa pedang tajamnya. Wahh pasti deh Zaya langsung bisa tertolong sama dia.
Itulah Zaya yang selalu dapat mengubah suasana menjadi lebih exciting! Wajar saja teman-temannya menyukainya. Tetapi mereka bilang kalau Zaya itu Over Lebay, udah gitu juga Zaya ceroboh banget! Hhaha pokoknya banyak banget deh julukan yang Zaya terima. Nyampe bingung sangking banyaknya!
Kembali ke cerita.. waktu yang ia nanti-nantikan pun datang, Sang Maha Besar pada satu hari sebelumnya sudah memintaku untuk membelikan nasi untuknya. Yahh jadi Zaya membelikannya. Untung saja ada rumah makan yang sudah buka. Perasaan lega pun merasuki hatinya. Setelah membeli, ia juga tidak lupa untuk membeli baterai untuk kamera yang telah ia bawa.
Setelah pintu Museum terbuka, kami pun memasukinya. Di dalam study tour ini Zaya berkelompok dengan Septian, Siti, Tia, Trio, dan Wayan. Zaya benar-benar senang, ya sudah pasti lah! Orang anak-anaknya nggak pada ’gupek’. Tapi Zaya cukup sebal juga.”Kenapa sih harus sekelompok sama tu cewek!” gumamnya dalam hati. Nah yang dimaksud tadi itu Tia, gimana nggak kesel, anak itu kalau udah ada kamera narsisnya.... haduh-haduh! Nggak tahan!
Setelah mengamati isi dari museum, kami pun menaiki bus nomor I, di situlah seisi bus diisi oleh D’Bascom. Mereka benar-benar bangga dengan singkatan itu. The best schooler community, ya! Itulah singkatan dari D’Bascom.
Kunjungan yang membuat penasaran Zaya pada khayalannya pun akan segera ia ketahui. Tentu saja ia berharap ’khayalannya’ akan menjadi kenyataan.. ”amiem..Amien Ya Allah” itu yang selalu Zaya katakan.

”Wahh ternyata jauh juga, berapa lama lagi sih Andika?” tanya Zaya pada anak cowok di sebelahnya.
”Masih sekitar 1.5 jam lagi kok”
”Hoamm”

Akhirnya Zaya memutuskan untuk ber-SMS ria dengan Wayan dan Yona. Mumpung HP lagi dibebasin nih.. pikir Zaya (selama ini kan HP nya disita sama BoNyoknya). Tetapi ia juga segera neng-up-date statusnya di Facebook. Setelah selesai berurusan dengan HP, ia pun segera tidur dengan memeluk tasnya. Tetapi anak-anak D’Bascom tidak satu pun merasa heran! Yahh emang dia TuMor sih (Tukang Molor).

Zaya pun terbangun deban sendirinya, ketika Hady bilang dengan nada cukup keras dan jeleknya jalan menuju ke Pugung Raharjo,

”Mana anak SheilaGank satu itu?” tanyanya
”Sttt.. olagi tidur tau,” saut beberapa orang yang duduk di sekitarku.
”Hmmm, masih ngantuk.” ucapku dengan nada polos.
”Dah lanjutin aja tidurnya”
”Nggak bisa kah.. masa masih ada orang yang bisa tidur di jalan yang grumbel-grumbel gini!”
”Apa itu grumbel-grumbel?” tanya Andika
”Entahlah, tadi Zaya ngasal ngomong”
”Dasar aneh”
”Biarin aja, kok sibuk”

akhirnya kami melewati Hutan Homogen, ”hayo.. pada tau nggak?” hutan ini memang hanya memiliki satu tumbuhan, nahh kebetulan di sini menanam pohon karet. Pak Janahar pun memulai ceritanya tentang Upin-Ipin, wahh benar-benar gokiel! Pokoknya di bis D’Bascom itu benar-benar ada ’kehidupan.’

Akhirnya Zaya and D’Bascom sampai di Pugung Raharjo. Di sana ’gerombolan’ anak remaja yang sedang mencari jati dirinya pun sibuk memotret mengabadikan moment-moment serta mencatat hal yang penting.

Setelah kegiatan itu berakhir, mereka menaiki bus untuk menuju ke tempat dimana sejarah tersebut ditemukan.

”Katanya disuruh jalan! Gimana sih? Malah naik bus lage!” gerutuku pelan. ”Emang mau Kamu jalam tiga kilo! Stress juga!” saut Andika yang mungkin mendengarku.
”Haa? Tiga kilo? Katanya Cuma satu kilo?!”
”Aduhentahya”
”Jaihhh!”
Yahh otomatis yang kemaren Zaya bayangin nggak bakalan terjadi deh! Tetapi bukan namanya Zaya, kalau dia tidak berkhayal yang mungkin lebih ’parah’ lagi..
’Aih,, siapa tau entar malah lebih bisa romantis sama dia. Kan lumayan masuknya agak jauh.. mudah-mudahan bisa deket sama dia lah! Huahahaha!’ tawa kecilnya di dalam hati.
Seperti biasa, ia selalu mencari-cari makanan setiap satu jam sekali. Maklum, perutnya kayak karet! Melar terus...
”Makanan..makanan” kali ini ia hanya terpaku pada tas birunya yang memungkinkan dirinya menemukan makanan.
”Yes! Nemu! Makan yah!”
Hanya beberapa suap roti saja, ternyata busnya sudah sampai di tempat tujuan!
”Ihh.. apa kali? Nyebelin banget! Masih laper tau”
Teman-temannya pun hanya dapat tersenyum.
”Mudah-mudahan kali ini beneran kenyataan” ucapnya dalam hati.
Setelah foto bersama dengan bus I dan para guru. Zaya de-el-el pun berjalan cukup jauh menuju tiga tempat yang belum pernah mereka ketahui. Sesampainya di tempat pertama, mereka melakukan foto per kelompok.
”Septian! Trio! Cepetan! Keburu batrainya tewas nih” teriakku pada mereka.
Mereka hanya menatapku dengan muka ‘sengok’nya.
Setiap pemotretan selalu aja ’Si Tinggi’ itu yang paling aneh. Ehh pas dianya udah bener, tinggal Zayanya yang ngerusak!
”Wahh semuanya nggak ada yang bagus!” kata Zaya sambil tertawa.
”Tauk nih, Septian daritadi yang aneh” grumel Tia.
”Salahin aja gue terus!” bentak Septian.
”Ia sih gue terus!” ulangnya dengan nada acuh.
“Udah nggak papa kok, jangan esmoni dong.. nggak enak”
Mereka pun pergi menuju tempat kedua, nahh di tempat ini mereka banyak banget yang lagi poto-poto. Tak terkecuali kelompok Zaya. Mereka mencoba mengulang kembali foto-foto untuk dibuatkan back-ground.
“Perfectly!” tawa Zaya senang
“Ulang lagi yahh, Hady tolongin lagi dong, Kamu kan baik”
”Yo” sahutnya.
”Satu dua.. cheers”
”Nih udah bagus, gantian dong Zaya. Fotoin kelompok Gue” pinta Hady.
”Sipp”, ”Satu dua.. senyum”
”Hady yang paling jelek di sini!” candaku.
”Mana ada model jelek!”
”Ada lah.. Eloe!”
”Enak aja!”
”By the way, bilang apa?!”
”Makasih ya..”
”Yupz”
”Zaya, fotoin gue alone dunk” pinta Kiki
”No problem”
”Gimana? Bagus nggak.”
”Baguslah namanya juga fotografer profesional” Kiki membalas dengan senyuman.
”Woy SheilaGank” teriak Hady pada Zaya.
”Ehh ?” ide jail Zaya pun bergerak.
”Dy, satu dua.. cheers!”
’’Haha Zaya dapet fotonya Hady, wleek ! udah Zaya zoom lagi tadi !’’ ucap Zaya senang udah bisa dapetin foto sahabatnya yang aneh bin ajaib satu itu.
’’Wahh..Wahh sangka gue boongan !’’
’’Hahaha’’
“hey, jangan poto-poto terus! Mau ditinggal tuh” teriak Siti pada Zaya and her Gank.
”Zaya! Potoin lagi dong gue!” sahut Hady pede.
“Iya kalo nih betrenya nggak abis!”
“Haah?”
“Iya, udah abis tauk”
Perjalanan mereka pun dilanjutkan, target selanjutnya adalah air yang menurut pemandu di sana dapat menambah kecantikan maupun ketampanan seseorang dan juga dapat berkhasiat menyembuhkan senua penyakit.
Banyak yang penasaran dan mencobanya. Ada juga yang hanya ingin membasuh mukanya yang sudah terbakar oleh sinar Sang Mentari.
‘Ehh..eh.. lho? Wahh dia ada di depan! Persis di depan Zaya! Ohh Pangeranku”
‘Tapi kaku banget sih.. hanya beberapa kata doang!’
’Nggak papa deh yang penting udah terkabul’ Zaya mengucap hanya di dalam hati sambil tersenyum-senyum seperti orang nggak waras.
Beberapa kali cowok iseng itu emang aneh! Namanya Arjun. Kalau di kelas, kayak patung. Ehh tumben-tumbenan kali ini ada ’ekspresi’ tetapi malah membuat keadaan bisa lebih hidup. Huuft.. bagus deh..
”Hayoh loe! Binatang!” teriak Arjun sambil melempar sesuatu ke arah Zaya.
”Whaaaa!” jerit Zaya histeris.
”Mana binatangnya, Bau? Orang tadi Cuma bunga jagung kok! Stress” candanya.
Zaya memang beranggapan kalau di kolong mejanya Arjun bau. Entahlah tiba-tiba muncul, ehh udah gitu ngilang! Mungkin ada ’sesuatunya’ kali yahh.. begitu pula dia yang menganggap Zaya terlalu aneh..
”Elu yang stress tauk!” timpalku.
”Aneh ya.. masa anak Taruna bisa takut sama begituan! Haha” ejek Atreyu.
”Bukan takut, tapi kaget!”
”Ohh ya??” sahut rombongan anak-anak di belakang.
”Taruna itu apaan?”tanya Septian dengan sengoknya.
”Sekolah Akmil gitu deh” jawab Atreyu.
”Sekolah berasrama yang bagus!” sambungku.
”Dimana?” lanjutnya.
”Magelang,” Atreyu menjawab.
”Akhirnya nyampe juga nih”
”Zaya, cuci muka yuk!” ajak Wayan yang selama ini memang selalu bareng sama Zaya.
”Yo, tapi airnya kan kotor?”ujar Zaya dengan nada polos.
”Udahlah yang penting seger”
Akhirnya semua bisa mencobanya dan kemudian diharuskan untuk kembali ke bus.
”Wahh panas ya..”
”Yang bilang dingin siapa?” sahur Mei
”Ehh.. mei“
’’Gimana nggak panas? Orang udah jam 12 tepat gini!“
’’Wahh pantes’’ balas Zaya
’’Yang loe maksud di status facebook loe siapa sih..’’
’’Ohh, baca ya“
’’ Hu..umb’’
’’Mau tauuu aja’’ canda Zaya.
’’Hayo siapa? Siapa itu hayo..’’
’’Jason Mraz lah! Penggemar jazz sejati!’’
’’Wahh sama dong’’
”Ihh ngikut-ngikut!”
”Nggak lah,, emang waktu mak gue ngelahirin gue mah udah disuruh dengerin jazz! Bahkan sebelum gue dibuat udah direncanain dulu!” jawabnya pede.
”Mulai deh lebainya..”
”Iya dong, kand kita persatuan anak lebay!”
”Yo’a... geaooollztt geella”
”Hhahaha”
”akhirnya nyampe juga di bus, hufft capek!
”Yon, jadi pindah kan?” Ucap Zaya meyakinkan Yona.
”Yo,” sambung Yona.
Akhirnya Zaya duduk di samping Wayan.
“Mau tisu,” tanya Zaya pada Wayan.
”Mau!” balasnya antusias.
”Minta tisu dong Zaya,” pinta Atreyu.
“Nih,”
”Gue minta juga ya,” kata Arjun
“Ntar bau lagi!”
“Nahh justru biar nggak bau itu, make tisu,” ledeknya.
”Dasar ngeles,” Zaya pun tertawa.
“Gue minta ya Zaya” kata Septian, Nico dan Trio.
“Iya”
Akhirnya dalam hitungan detik ludes tuh tisu. Zaya hanya tersenyum.
Sampailah mereka di tujuan yang benar-benar mereka nantikan! Apa lagi kalau bukan Pulau Pasir. Perasaan lapar pun melanda para peserta dan memutuskan makan terlebih dahulu. Seperti biasa, hanya Hady saja yang dengan santainya memakan bekal buatan ibundanya tercinta. Zaya bersama teman-temannya pun memang menjulukinya ’mommy boy’. Tapi Zaya memang suka orang yang apa adanya, yang nggak harus selalu jaim di mata orang lain.

”Makan,Dy” sapaku. ”Ya, pasti”
Setelah makan Zaya memang tidak sama sekali terpikir untuk ’nyemplung’ di laut bersama teman-temannya yang lain. Ia bersama Siti melakukan kewajiban shalat Dzuhur terlebih dahulu. Setelah selesai shalat, mereka diajak Arjun untuk pergi menuju pulau yang ada di seberang sana.
”Mau ikut nggak?” tanya Arjun.
”Ke?” Siti berbalik tanya.
”Naik perahu, mau ke pulau yang ada di sana,’’ sambil menunjuk pulau yang cukup jauh dari bibir pantai.
”Wooowww,, mau dong! Ikut yah?”ucap Zaya dengan heboh.
’’Siapa yang ngajak eloe?’’ ejek Arjun pada Zaya.
’’Huu.. anak jahat,’’ gerutu Zaya.
’’Iya, iya kan kidding!’’
’’Cuy, kata abang-abangnya 10.000 perak per anak’’ lanjut Fakih.
’’Ini’’ sahut Zaya sambil menyodorkan uang 10.000 rupiah.
’’Ikut yuk,Wulan’’
’’Ayok!’’
’’Berangkat!’’

Akhirnya yang menaiki perahu itu berjumlah sepuluh orang, ada Zaya, Siti, Wulan, Mia, Arjun, Fakih, Septian, Trio, Andri, Nico, Aiman. Tetapi ada tambahan dari orang-orang yang menaikinya secara gratis, adalah Atreyu, Andika, serta Hanif. Sambil menikmati pemandangan yang indah, mereka bercanda tawa bersama.
’’Wahh bagus banget nih pulau! Sayang banget batrainya udah abis!’’ sahut Zaya cukup sedih.
’’Hehehe,’’ mereka hanya tersenyum lebar.
’’Zaya, di sana ada ayunan, ke situ yuk!’’ ajak Wulan.
’’Ayukk.. wahh tumben ada ayunan,’’balas Zaya.
’’Wahh kayaknya udah tua deh ni ayunan,’’ kata Zaya menebak.
’’Yoa, udah berkarat.’’
’’Sing basing lah, naekin aja,’’ ucap Zaya sambil tertawa.

Di kejauhan terlihat Trio, Arjun dan Septian berjalan menuju arah pondok yang terletak tidak jauh dari ayunan yang Zaya dan Wulan mainkan.
Mulai deh! Ngapain sih kesini.. awas wulan ada anak aneh kesini! Entar ayunan loe didorongin lagi!
Dugaan Zaya ternyata salah! Anah aneh itu malah ndorongin ayunannya Zaya!
”Ehh, untung gue nggak nyungsep ke pasir! Dasar anak aneh!’’
”Bodo, wleee”
Ihhhh, terkadang emang nyebelin, tapi tetep aja seru. Kapan lagi Zaya bisa menikmati study tour (mungkin yang Zaya alami hanyalah liburan) kayak gini, bersama teman-temannya di kelass IX ini.
’’Wahh hujan! Ke pondok yukk, gue nggak bawa baju ganti nih!”
”Iyah,” mereka pun berlari menuju pondok kecil.

Akhirnya satu pondok tersebut dipenuhi oleh mereka, di dalamnya juga ada Bu Mila, dan Pak Heriyadi. Sedangkan Pak Janahar dan Pak Budi malah bermain di bibir pantai. Sudah hampir dua jam kami menunggu hujan reda.

Akhirnya mereka kembali juga ke Pulau Pasir dan meninggalkan Pulau Condong yang menawan. Masih benar-benar terasa rintikkan hujan. Kami memandangi laut dengan takjubnya. Dan berharap ada pelangi yang nantinya akan menjemput mereka.

Sesampainya di Pulau Pasir, ternyata anggota bus yang lain sudah hampir berangkat dan hanya menunda kepulangan mereka! ”Wahh gimana nih!? Mana basah semua lagi gara-gara hujan” akhirnya mereka memutuskan untuk salin terlebih dahulu.

”Salin dimana nih? Duh mana penuh semua lagi!”
”Bisa cepet nggak sih jalannya!” teriak Arjun sambil mendorong Zaya beberapa kali dengan dorongan cukup keras.
’’Ihh loe tu yaa, udah hampir dua kali gue jatoh!” omel Zaya.
’’Derita eloe!’’
’’Anak aneh! Awas ya!’’
Zaya, Siti dan Mia pun menumpang salin di rumah warga di situ. Yahh mereka mengantre karena ada anak cowok yang ada di situ. ”Weih cepetan ya,” teriak mereka.
Akhirnya mereka pun salin dengan terburu-buru. Ehh selesai-selesai salin ada guru yang marah-marah, gara-gara kelamaan. Hahaha emang lagi bandel mereka, wajar saja sih. Sesampainya di bus, Zaya yang benar-benar diusilin!
”Tu kan dimarahin! Udah gue bilang salinnya bareng gue aja!” canda Arjun yang duduk di belakang Zaya.
”Haah? Parah!” tawa Zaya
”Hahaha”
”Oy Zaya, tadi ibumu nelpon ke gue tuh, nanyain eloe,” Nanda memberitahu.
”Oh iya, makasih ya, Nda,”ucap Zaya.
”Iya.”

Perjalanan pulang pun mereka telesuri. Sejenak Zaya teringat bahwa ia belum menunaikan kewajibannya. ”duh gimana nih! Gawat banget!” Ibunda Zaya akhirnya menelpon, menanyakan dimana Zaya berada. Zaya pun mengabarinya, dan mengeluh kalau ia belum melakukan shalat Asar, ”Yaudah mau gimana lagi, apa nggak salat aja di dalam hati sambil duduk.” akhirnya Zaya menurutinya. Selesai berdoa, Zaya melihat ehMMM RAHASIA yah.. Zaya ngeliat kodok yang ternyata juga ngeliatin dia! Dia cool banget dengan bajunya yang benar-benar matching!”

Sepulang dari perjalanan, hanya tinggal beberapa orang saja yang bersemangat, tetapi sebaliknya dengan teman-teman Zaya di belakang. Dengan pulasnya Nico dan Trio tertidur. Trio mungkin yang paling gokil! Bagaimana tidah? Dia dengan tenangnya tidur bersandar ke bahu Septian. Hahaha pemandangan yang langka!

Kejadian gokiel yang terakhir adalah ketika Septian hendak menyetop sang supir ketika bus melewati rumahnya.

”Ehh entar abis lampu merah itu, ntar bantuin gue nyetop ni bus ya, rumah gue ada di depannya!” pinta Septian.
”Yoa, kompakan ya woy,” kata Atreyu bersemangat.
Kemudian Septian memberi penjelasan singkat kepada Pak Janahar.
Akhirnya di depan lampu merah...
”Satu, dua, tiga.. PAKKKKK MINGGIRRRRR!!!!!! MINGGIR MINGGIR!” teriak Septian, Trio, Nico, Atreyu, Arjun, dan Zaya serempak.
“Wess! Beneran diberhentiin nih, Sept,” ujar Atreyu tertawa lebar.
’’Hahaha, thanks ya, Sob,’’ kata Septian.
’’Hahaha..’’ tawa seisi bus yang dihuni D’Bascom.
’’Ini baru namanya kegokilan tingkat tinggi!’’
Pengalaman yang takkan pernah terlupakan oleh Zaya.

THE BEST DAY EVER WAS ON JANUARY 30th 2010

0 Comments:

Post a Comment