BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »

Monday, August 8, 2011

No Title Part II

Mereka dengan berjalan kaki menuju ke kantor polisi. Jaraknya hanya dua kilometer. Tidak begitu berat dan jauh oleh orang orang di daerah tersebut. Mereka berjalan hanya bertiga. Bu Tari dan Amel di belakang untuk berjaga jaga, sedangkan mbak ‘glamour’ ada di depan mereka.
Singkat cerita mereka telah menempuh setengah perjalanan. Tiba tiba si mbak ‘glamour’ meminta izin untuk pergi ke WC umum terdekat karena udah nggak tahan pengen pipis.
‘di sini kan nggak ada WC umum.’ Kata Amel
‘yasudah, kalau gitu mungkin saya bakal minta tempat ke warga di sini. Oia sekalian titip uangnya ya, nanti kalian malah ngira saya bakal ngapa ngapain uang ini, lagi. huh’ mbak ‘glamour’ langsung ngebirit ke rumah seorang ibu yang lagi di depan rumahnya, menjemur baju. Dengan cepat, mbak ‘glamour’ langsung melesat ke kamar mandi, setelah diperbolehkan.
Akhirnya Bu Tari memegang uang palsu itu. tetap berdiri untuk menunggu orang yang menyebalkan itu.

Benar benar mengejutkan! Ternyata mbak ‘glamour’ punya rencana jahat! Sebenarnya ia tidak mempunyai pikiran itu ketika menitipkan uangnya di Bu Tari, tapi ketika ia masuk kamar mandi, bisikan setan tidak bisa ditolak, terlalu menggiurkan.

Ia keluar bersama semua keluarga ibu-yang-menjemur tadi. Diikuti dengan warga lain di dalam gang itu.

‘hei pencuri! Beraninya kamu menipu mbak cantik ini!’ ujar seorang bapak dengan golok tajam di pinggangnya. Dia dan semua warga mengejar Bu Tari dan Amel yang telah menjadikan uang itu sebagai kipas. Terlalu panas hanya untuk menunggu orang yang menyebalkan itu meninggalkan toilet si mpunya.

Dengan kebingungan, Bu Tari dan Amel justru lari. Terlalu bingung untuk berpikir apa-yang-terjadi. Mencuri? Mencuri apa? Mereka terus berlari, manakala melihat bapak itu sudah mengeluarkan goloknya dan mengacung acungkan ke arah kepala mereka.

‘heei! Apa maksud kalian! Kami tidak mencuri!’teriak Ibu Tari sambil tetap berlari
‘jangan bohong! Mbak tadi bilang kalian telah mencuri uangnya untuk pulang kampung!’
‘dasar bodoh! Justru ini adalah uang palsu! Ngapain kami mau nyuri duit palsu hah!’
‘terus kenapa kalian masih berlari kalau kalian tak salah?’
‘kalian pikir kami bodoh? Dengan kami berhenti berlari, besar kemungkinan golok anda masih mempunyai gaya untuk merobek otak kami!’ mereka pun segera menambah kecepatannya.

Akhirnya mereka tidak berhenti berlari. Dengan bodohnya mereka semua tidak ingat bahwa kantor polisi telah mereka lalui sejak lama!

’aduuuh, mel! Gimana ini! Mama udah pegel banget!’ Bu Tari menghentikan langkahnya, setelah menemukan rimbunan semak semak. Dengan segera ia luruskan kakinya, begitupun degan Amel di balik lebatnya semak semak.
‘oh iya! Amel tau! Kemaren Amel baru tau rumah temen Amel di sekitar sini.’
‘masih jauh nggak? Gimana kalo kita ke masjid aja?’

TO BE CONTINUED

0 Comments:

Post a Comment